Desa wisata adalah daerah tujuan wisata yang biasanya dikembangkan oleh kelompok masyarakat yang memenuhi semua unsur wisata yang memiliki potensi daya tarik. Desa wisata bisa menonjolkan unsur alam, budaya, atraksi, maupun kultur masyarakat di desa itu sendiri.
Di Indonesia terdapat banyak desa wisata yang mengangkat keunikan dan kearifan lokal dari desa tersebut. Oleh karena itu, masing-masing desa biasanya memiliki ciri khas masing-masing yang ditonjolkan.
Meski sangat kental dengan nuansa lokal, ada 4 desa yang berhasil masuk 100 besar Destinasi Berkelanjutan di Dunia versi Global Green Destinations Days (GGDD). Hal ini merupakan prestasi membanggakan karena masuk ke dalam 100 besar Destinasi Wisata Berkelanjutan di Dunia tidaklah mudah.
Desa-desa wisata ini telah memenuhi standar keberlanjutan level internasional. Penasaran desa apa saja? Berikut ini Batam Tourism Polytechnic rangkum desa-desa tersebut serta program-program unggulannya.
1. Desa Wisata Pemuteran, Bali
Desa Pemuteran berada di Kecamatan Gerokgak, Buleleng, Bali. Desa ini berhasil masuk ke dalam destinasi wisata berkelanjutan karena sukses merehabilitasi terumbu karang di wilayah perairan sekitarnya.
Terdapat kurang lebih 140 biorock yang ditenggelamkan di wilayah perairan Pemuteran untuk merehabilitasi terumbu karang. Desa Pemuteran merupakan salah satu desa yang paling pertama mendirikan pecalang untuk mengamankan wilayah laut.
Selain terumbu karang, desa Pemuteran juga memiliki kegiatan ekowisata penangkaran penyu.
Desa Pemuteran terletak di pesisir pantai sekaligus dekat dengan bukit-bukit hijau sehingga cocok untuk wisatawan yang ingin menikmati suasana pantai maupun gunung.
2. Desa Wisata Penglipuran, Bali
Desa Penglipuran masuk ke dalam Top 100 Destinasi Berkelanjutan Dunia karena dianggap bisa mempertahankan sisi tradisional dan kelestarian lingkungannya. Penataan desa dan bangunan tradisional di sini masih terjaga utuh.
Selain itu, terdapat 75 hektar hutan bambu dan 10 hektar lahan vegetasi yang masih terawat.
Meski masyarakat setempat sudah menjalani pola hidup modern, tapi nuansa tradisional dan keasrian ini tetap terjaga.
Karena kebersihan dan kerapiannya, desa ini juga dinobatkan sebagai salah satu desa terbersih di dunia. Hal ini dijaga oleh pengelola dengan berbagai cara seperti disediakannya tempat sampah setiap 30 meter dan larangan penggunaan kendaraan bermotor supaya desa ini tetap bebas polusi.
Desa ini juga mempertahankan tata ruang desa yang berkonsep tri mandala yang merupakan patokan tata ruang adat yang sudah turun temurun.
3. Desa Wisata Nglanggeran, Yogyakarta
Pengelolaan pariwisata di Nglanggeran dilakukan dengan prinsip ekowisata. Berbagai upaya dilakukan untuk memenuhi prinsip ini seperti pembatasan kegiatan wisata, penanaman pohon, dan program mingguan Nyampah.
Pembatasan pengunjung dilakukan supaya pengendalian kegiatan wisata lebih mudah dilakukan. Orientasi wisata yang tadinya hanya sekadar berkunjung kini digalakkan ke arah yang lebih bermakna dengan adanya program Live-In.
Program penanaman pohon dilakukan dengan program yang bernama Sak Uwong Sak Uwit yang berarti 1 orang 1 pohon. Pengunjung tidak hanya berwisata, tapi turut teredukasi dan berperan aktif melakukan konservasi.
Program mingguan Nyampah dilakukan setiap hari Sabtu. Kegiatan ini dilakukan dengan cara menyusuri gunung untuk mengumpulkan sampah dan menanam pohon di kawasan Gunung Api Purba.
4. Desa Pentingsari, Yogyakarta
Desa Pentingsari memberikan pengalaman tak biasa kepada para pengunjung. Berlokasi di kawasan Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM), desa ini dikembangkan menjadi desa wisata dengan berbagai kegiatan.
Pengunjung bisa datang dan merasakan pengalaman sebagai ‘orang desa’ mulai dari mengolah kebun dan peternakan, belajar gamelan, menari, membatik, sampai membuat kerajinan tangan seperti wayang rumput dan janur.
Pengembangan desa wisata semakin digalakkan untuk memaksimalkan potensi pariwisata Indonesia. Desa wisata bahkan disebut-sebut menjadi tumpuan harapan bangkitnya pariwisata Indonesia pasca pandemi.
Hal ini bisa terjadi karena desa wisata memenuhi syarat-syarat customize, localized, personalized, dan smaller in size. Pengunjung maupun pengelola juga bisa menerapkan protokol kesehatan dengan lebih baik karena berbeda dengan destinasi wisata populer, desa wisata lebih minim kerumunan. Kedepannya, desa-desa wisata diharapkan terus mengembangkan potensi wisatanya supaya bisa ikut bersaing di level dunia.
Kamu tertarik untuk bekerja di bidang pariwisata dan berminat untuk kuliah di jurusan pariwisata? Yuk, gabung dengan keluarga besar Batam Tourism Polytechnic.
Kunjungi website BTP dan lakukan pendaftaran di sini.