Batam Tourism Polytechnic (BTP) turut berpartisipasi dalam Focus Group Discussion (FGD) yang digelar oleh Politeknik Negeri Bandung, Universiti Teknologi MARA (Malaysia), dan National Chin-Yi University of Science and Technology (Taiwan) terkait pengembangan ekowisata mangrove. Acara yang berlangsung pada Senin, 9 Desember 2024, di Aston Tanjung Pinang ini dihadiri oleh perwakilan dari berbagai institusi, termasuk Ibu Eva Amalia, MSI, Wakil Direktur Bidang III Kerjasama, Kemahasiswaan & Marketing BTP, yang mewakili kampus dalam diskusi penting ini.
FGD ini bertujuan untuk mengonfirmasi luaran dari penelitian yang dilakukan seputar pengembangan ekowisata mangrove, yang mencakup naskah akademik, sistem pemasaran, pelayanan, serta website promosi ekowisata mangrove. Selain itu, FGD juga mengupas eksplorasi ide penelitian ekowisata mangrove untuk tahun 2025.
Ibu Eva Amalia dalam sambutannya menyampaikan bahwa partisipasi BTP dalam kegiatan ini merupakan bagian dari komitmen untuk memperkuat pengembangan ekowisata berbasis pelestarian lingkungan yang sejalan dengan visi institusi dalam memajukan sektor pariwisata yang berkelanjutan. “Melalui FGD ini, kami berharap bisa berkontribusi dalam menyusun langkah strategis yang mendukung keberlanjutan ekowisata mangrove, serta mempersiapkan mahasiswa kami untuk siap terlibat langsung dalam pengelolaan dan pengembangan sektor ini,” ujar Eva.
Selain perwakilan dari BTP, turut berpartisipasi dalam kegiatan ini beberapa tokoh penting dari sektor pariwisata di Kepulauan Riau, antara lain Bapak Raja Muhammad Farul, M.Tr.Par, dari Dinas Pariwisata Kota Tanjung Pinang (Angkatan ke I), Bapak Yuli Seperi, M.Tr.Par, dari Dinas Pariwisata Provinsi Kepulauan Riau, yang juga menjadi fasilitator kegiatan (Angkatan ke II, yang merupakan lulusan terbaik), Bapak Zalmidri, M.Tr.Par, dari Dinas Pariwisata Lingga, dan Bapak Muhammad Patiyusuf, M.Tr.Par, yang mewakili sektor pariwisata lokal. Kegiatan ini juga dihadiri oleh 25 stakeholder dari berbagai sektor, termasuk penggiat ekowisata mangrove seperti Bapak Gerry dari Mangrove Pandang Tak Jemu, Bakau Serip Nongsa Batam, serta Bapak Iwan Winarto dari destinasi wisata mangrove Desa Pengudang, Bintan.
Para peserta FGD yang berasal dari berbagai sektor ini memberikan masukan penting terkait pengelolaan ekowisata mangrove, yang semakin diminati sebagai alternatif destinasi wisata alam yang tidak hanya menawarkan keindahan, tetapi juga mendukung keberlanjutan lingkungan. Diskusi tersebut berfokus pada pengembangan sistem pemasaran yang efektif, pelayanan yang ramah lingkungan, serta optimasi penggunaan website untuk mempromosikan destinasi ekowisata mangrove.
Ibu Eva Amalia menegaskan bahwa kegiatan ini sangat penting untuk menghasilkan luaran yang selaras dengan pemangku kepentingan ekowisata mangrove. “Ekowisata mangrove memiliki potensi besar untuk meningkatkan kesadaran akan pelestarian alam sekaligus memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat lokal. BTP berharap dapat terus terlibat dalam upaya pengembangan ekowisata ini, seiring dengan komitmen kami untuk mendukung pariwisata yang berbasis pada kearifan lokal dan kelestarian alam,” ungkapnya.
Partisipasi BTP dalam FGD ini juga membuka peluang bagi pengembangan kurikulum dan penelitian di bidang ekowisata mangrove, yang akan memberikan kontribusi bagi pengembangan sektor pariwisata yang berkelanjutan di Indonesia. Selain itu, kegiatan ini juga memperkuat hubungan antara akademisi, pemerintah, dan sektor swasta dalam mengembangkan ekowisata mangrove yang lebih terkelola dengan baik.